Biografi singkat Wak Brenk Cb (Ainul Hakim)

Tongkol Yang Lahir Dari Ikan Teri

     Wak brenk CB, itulah sapaan akrabnya di dunia persosialisasian dan dunia maya. Tidak banyak yang mengetahui jika pria kelahiran 7 Juli 1977 ini memiliki nama asli Ainul Hakim. Bapak Ainul tinggal di Jl. Sidomukti 2, Cengkarukwatu, Purwodadi, Pasuruan, bersama dengan istri dan ketiga putranya. Di tengah kesibukannya sebagai pendidik di SMP NEGRI 1 PURWOSARI, tidak menghalangi tekad mulianya untuk melakukan kegiatan-kegiatan sosial melalui organisasi KCBI atau komunitas CB internet. Komunitas ini didirikan pada tanggal 30 Juli 2011. Bapak Ainul merupakan sekretariat dalam komunitas tersebut. Dari komunitas tersebut beliau sering membagi kisah-kisahnya sekaligus memberikan motivasi tanpa henti kepada rekan kerja, masyarakat umum, bahkan anak didiknya.
     Selalu tampil gagah, kuat, tangguh,  bertanggung jawab, berwibawa, dan disiplin. Tidak banyak yang tahu jika kepribadian tersebut terbentuk dari kisah-kisah pahit masalalunya. Terlahir dari keluarga kelas menengah justru membuat tekadnya semakin berkobar untuk meraih sebuah kesuksesan. Jika pada usia remaja banyak anak menghabiskan waktunya untuk bersenang-senang dengan kawan sebayanya, lain dengan bapak Ainul yang menghabiskan masa itu sebagai pelopor koran dari bus ke bus. Beliau bekerja keras untuk mendapatkan biaya kuliah. Ayahnya sudah tidak bekerja karena sakit-sakitan dan akhirnya meninggal. Begitupun ibunya, penjual sayur keliling yang harus menghidupi kelima anaknya. Tidak sedikit beliau menerima cacian dari orang-orang disekitar. Dan salah satu hinaan yang paling membekas di pelupuk hatinya adalah ketika seseorang berkata kepadanya “Nggak bakal ikan teri beranak tongkol”. Beliau juga mengatakan bahwa cacian itulah motivasi terbesar dalam hidupnya dan bukan pujian. Walaupun begitu beliau tetap optimis melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi untuk membalik cacian yang pernah dilontarkan kepadanya. Beliau memutuskan untuk melanjutkan kuliah dengan biaya sendiri. Berbekal menjadi pedangan asongan dari bus ke bus.
     Hari terus berjalan, rintangan dan tantangan kian datang bergantian. Menginjak kuliah semester 4, beliau memutuskan untuk berhenti kuliah sementara karena mengalami kesulitan masalah keuangan. Tetapi setelah meminta izin kepada dosen, dosen tidak memberi izin dan justru memberikan motivasi untuk tidak berhenti kuliah. Akhirnya beliau memutuskan untuk menjadi pedagang asongan di daerah Ibu kota,  Jakarta. Beliau berangkat ke Jakarta dengan menggunakan kereta api kertajaya tanpa membeli tiket, namun dengan menembak checker sebesar dua ribu rupiah dan hingga sampai di Jakarta beliau hanya menemui checker sebanyak 3 kali. Yang seharusnya membayar tiket dengan harga 37.500,00 beliau hanya membayar sebesar 6000,00. Hal ini beliau lakukan untuk dapat memperjuangkan masa depan di tengah badai hidup yang amat besar. Walaupun banyak menghabiskan waktu di dalam bus yang berkeliling antar kota ke kota, beliau bisa mengimbangi dengan prestasi dan termasuk salah satu murid yang cerdas dan pintar. Setelah lulus kuliah dengan ijazah S1, beliau bisa menjadi PNS dan dengan semangat itu beliau terus mengembangkannya hingga menjadi orang sukses. 
     Tidak hanya itu, beliau juga aktif mengadakan kegiatan sosial melalui komunitas KCBI. Kegiatan-kegiatan tersebut berupa kegiatan peduli yatim, orang jompo, orang-orang sakit, beencana alam, bedah rumah, sahur on the road, prmbangunan musholla, dan banyak lagi. Banyak donatur yang menaruh kepercayaan kepada beliau. Program utama KBCI yaitu peduli yatim dan pendidikan. Untuk menjaga kepercayaan dari para donatur beliau berusaha membangun komunitas yang transparan. Menurut mereka kebahagiaan itu akan muncul ketika orang yang mereka bantu memiliki kehidupan yang lebih baik. “Berbuat sosial harus disertai hati yang tulus dan ikhlas. Maka jangan pernah mengharap penghargaan dari orang lain. Melihat orang lain terselamatkan hidupnya sudah cukup luar biasa bagi kami, “ ucap bapak Ainul. 
     Kini semua orang tahu jika sosok pekerja keras yang dahulu pernah direndahkan bisa menjadi orang sukses dan membawa banyak manfaat bagi orang-orang di sekitarnya. Walaupun sudah menjadi orang sukses beliau tetap memiliki semangat berjuang yang tinggi karena menurutnya permasalahan akan selalu muncul dalam kehidupan, dan kita harus berjuang dalam hidup agar ermasalahan dpat ditangani. Baginya perjuangan tidak mengenal istilah berhenti walaupun kesuksesan sudah di gapai diri. Kini beliau bisa membuktikan jika ikan tongkol bisa terlahir dari ikan teri. Kesuksesan tersebut akan beliau persembahkan untuk keluarga yang serung ditinggalkan untuk kegiatan sosial, serta orang lain yang membutuhkan uluran tangannya. “Jadilah orang yang bermanfaat untuk sesama. Karena sebaik baiknya manusia adalah manusia yang bermanfaat untuk sesama,” pesan bapak Ainul hakim untuk para pembaca dan pendengar kisah-kisahnya. 

Ditulis oleh : Putri Vera, Alumnus SMPN 1 Purwosari

0 Response to Biografi singkat Wak Brenk Cb (Ainul Hakim)

Post a Comment