Pada awal tahun 2009 kami di tempatkan di SMPN 3 Pasrepan yang merupakan daerah
baru bagi saya dkk. Awal masuk kami terkejut dengan kondisi murid-murid disana.
Sebagian besar tidak bersepatu, tidak berseragam atau campur aduk seragamya,
kebersihan dan kerapian sangat kurang, banyak yang berambut panjang dan telinganya
di tindik. Prosentase kehadiran siswa juga sangat minim. Ada beberapa siswa
sisiwi yang putus sekolah dan memutuskan untuk menikah dan bekerja untuk yang
laki-laki, bahkan tahun kemarin kejadian tersebut masih terjadi, 3 siswi kami
yg naik kelas 8 berhenti dan dinikahkan oleh orang tua mereka, padahal mereka
belum cukup usia untuk menikah. Dan
kejadian ini hampir terjadi tiap tahun, bahkan ada siswi yg baru lulus SD yang langsung menikah. Beda jauh dengan tempat
dinas saya sebelumnya, SMPN 1 Sukorejo. Belum lagi kondisi keamanan ligkungan
sekolah yang sangat rawan, hampir tiap bulan ada saja pembunuhan dan perampasan
serta perampokan, sehingga pada saat berangkat dan pulang sekolah kami harus
berangkat bersama-sama dan membawa sepeda motor yg ala kadarnya yg tidak
dilirik oleh para perampas motor, yg penting bisa jalan.
Melihat kondisi seperti itu, kami sangat prihatin dan berusaha
sabar dan telaten dalam membimbing dan mendidik siswa-siswi kami, waktu
berjalan selama setahun, sedikit demi sedikit perubahan itu mulai Nampak,
tingkat kerapian dan kedisplinan siswa mulai ada perubahan, memasuki tahun
kedua kami melihat animo masyarakat disana terhadap pendidikan sangat kurang. Ini bisa dilihat
dari jumlah perbandingan anak yang masuk ke SMP kami dengan jumlah lulusan SD
penyanggah SMP kami. Setelah saya amati ternyata sebagian besar masyakat disana
memang belum sepenuhnya sadar akan pentingnya pendidikan dan lebih mengutamakan
pendidikan di ponpes bagi yang mampu, bekerja bagi yang laki-laki dan sebagian
menikah diusia dini. Sisanya tidak sekolah smp, maka saya menarik kesimpulan
harus ada model dilingkungan mereka tentang hasil dari pendidikan formal, sehingga
bisa memotivasi mereka untuk mau bersekolah, maka saya memutuskan untuk membawa
pulang salah satu siswa lulusan SMP kami untuk saya jadikan ANAK ASUH dan saya
sekolahkan di SMAN 1 Purwosari serta tinggal satu rumah bersama keluarga kami. Anak
tersebut sangat berprestasi tapi keluarganya kurang mampu, dia anak ketiga dari
4 bersaudara dan tiga saudaranya tdk ada satupun yang mengeyam pendidikan
sekolah dasar, bahkan sekarang adiknya yang perempuan berumur -/+ 10th saat ini tdk
bersekolah, padahal sy pribadi sdh menawarkan diri untuk menjadikan anak asuh
dan saya sekolahkan di SD terdekat, tapi orang tuanya tidak mau.
Memutuskan menjadi orang tua asuh bagi anak tersebut pada saat itu adalah
keputusan yang berat dan agak memaksa
diri, karena anak saya sendiri sudah 3 dan penghasilan saya sdh terpotong oleh
angsuran ke bank jatim karena sy harus membangun gubug buat keluarga saya. Tapi
dengan susah payah mencari tambahan penghasilan setelah berdinas dengan menjadi
tukang servis computer dan berjualan kaos online akhirnya bisa menyekolahkan
anak tersebut ke SMAN 1 Purwosari. Kebetulan saat itu juga mendapat gaji 13
sehingga bisa membayar uang seragam dan bantuan sukarela ke sekolah. Waktu berjalan setahun dan anak tersebut
menunjukkan prestasinya dengan masuk 3 besar di sekolah dan bisa bersaing dengan
siswa-siswi kota atau dari lulusan sekolah
regular. Dan saat ini anak tersebt sudah lulus dr SMAN 1 Purwosari dan menjadi
lulusan yg terbaik jurusan bahasa. Karena prestasinya itu, anak tersebut saya
arahkan untuk mengikuti program Bidik Misi dan Alhamdulillah bisa diterima di UNIVERSITAS
BRAWIJAYA MALANG dengan mengambil fakultas FISIP jurusan ilmu komunikasi. Saat
ini masih semester satu dan masih tetap tinggal di rumah saya. Dan naik
angkutan umum tiap hari ke kampus dari purwodadi ke malang. Sebenarnya hal ini
jg memberatkan sy, karena anak saya juga beranjak besar, yang pertama
bersekolah smp dan mondok di singosari, yang nomor 2 masuk SD dan yg no 3 anak
sy berumur 3th. Yang tentunya membutuhkan banyak biaya. Karena kecintaan saya
terhadap sekolah dan ingin merubah kondisi di lingkungan sana, saya harus bisa
membantu anak ini sampe lulus kuliah. Yang kelak akan menjadi contoh/model di
desa petung kecamatan Pasrepan.
Tidak hanya berhenti disini, tahun berikutnya skolah kami, SMPN 3 Pasrepan satu
atap juga meluluskan siswanya, tetapi animo siswa untuk melanjutkan sekolah ke
jenjang lebih tinggi sangat rendah, saya sangat prihatin sekali, mau menambah
anak asuh lagi yg saya biayai secara pribadi sdh tidak mungkin, akhirnya sy
menceritakan kondisi ini ke komunitas saya, kebetulan saya bergabung di GROUP
FACEBOOK KOMUNITAS CB INTERNET, sebuah komunitas pecinta motor Honda CB di
facebook dan saya sendiri yg menjadi adminnnya. Teryata respon anggota cukup
bagus, kami menggalang dana di facebook dan akhirnya bisa menyekolahkan 2 anak
ke Madrasah Alyah Queen Zam-zam dan kita yang menanggungnya sampai lulus, kami
hanya membantu pembayaran SPP dan biaya sekolah lainnya, sedangkan uang saku
dari orang tua mereka.saat ini mereka berdua sdh kelas XII MA
Dana yang kami himpun di Facebook terus bertambah, akhirnya tahun berikutnya
kita bisa menambah 3 anak asuh lagi dan selain kita sekolahkan di MA queen
zam-zam Pasrepan, mereka juga kita titipkan di ponpes Gus mashudi, mengingat
jarak tempuh dari sekolah ke rumah sangat jauh, ketiga anak ini asli dari desa Petung.
Dan tahun ini, bulan juli 2014 kemarin
kami juga menambah anak asuh lagi berjumlah 4 anak. Sehingga sampai detik ini
ada 9 anak yg kami angkat menjadi anak asuh dengan rincian:
- 2 anak laki-laki
kelas XII MA Queen zam-zam
- 3 anak
laki-laki kelas XI MA Quenn zam-zam
- 3 anak (2
perempuan dan 1 laki-laki) kelas X Ma quen zam-zam
- 1 anak laki-laki
kelas X SMK Quenn zam-zam
Tujuh dari sembilan anak ini juga kami titpkan di ponpes Gus
Mashudi Pasrepan.
Yang tentunya mereka juga membutuhkan banyak biaya. Dan Alhamdulillah sejauh
ini komunitas kami selalu mensupprot kegiatan yang saya lakukan.
Tidak hanya menyekolahkan alumni siswa kami yang lulus, tetapi kami juga
memberi bantuan tas, alat tulis, kaos kaki dan sabuk, sejauh ini sudah 3 kali
baksos yg kami lakukan.
- Baksos pertama
kami laksanakan di SMPN 3 Pasrepan dengan membagi tas dan alat tulis kepada 120
anak SDN Petung 2, SDN Kedungrejo 1 Winongan dan SMPN 3 Pasrepan. Kami
melaksanakan baksos ini sebagai wujud rasa prihatin kami dengan kondisi murid
disana sekaligus memotivasi mereka untuk giat belajar. Dan yang SD kelak mau
melanjutkan ke SMP kami serta yang lulsu dari SMP mau melanjutkan ke jenjang
pendidikan SMA
- Baksos kedua
kami membagi tas, buku, alat tulis, sabuk dan kaos kaki bertempat di Balai desa
Petung dengan mengundang 100 siswa dari 3 sekolah terdekat, SDN Petung 1, RA dan Madrasah Ibtidaiyah Desa
petung. Kami merasa perlu mendatangi desa tersebut, karena jumlah lulusan dari
SD dan MI dari desa tersebut sangat
banyak, tetapi yg melanjutkan ke SMP hanya sedikit sekali, bahkan selama 5 th saya
bekerja di SMPN 3 Pasrepan tidak ada satu anak perempuan pun yg mau sekolah,
padahal populasi perempuan sangat banyak.
Maka saya pada baksos kedua tersebut mengajak istri saya yang juga berprofesi
sebagai guru di SDN Kertosari 2 Purwosari, saya ingin menunjukkan kepada warga petung bahwa
perempuan juga bisa bekerja dan setara dengan laki-laki, dan contohnya adalah istri
saya. Jauh-jauh datang dari Sumatra dan melanjutkan pendidikan di salah satu
universitas di Malang dan akhirnya bisa menjadi guru PNS yang bersertifikasi.
Ternyata apa yg kami lakukan membuahkan hasil, tahun ajaran ini ada 3 anak
perempuan dan beberapa anak laki-laki dari desa Petung yg mau sekolah ke SMPN 3 pasrepan
- Baksos ketiga
kami melaksanakan bedah rumah di desa Klakah kec. Pasrepan dari salah satu anak
asuh kami, karena kondisi rumah yg sangat memprihatinkan dan si bapak mengalami
kebutaan dan tdk bisa memperbaiki rumahnya yang atap rumahnya pada bocor. Sehingga kami berinisiatif untuk melakukan
kegiatan bedah rumah dengan cara mengganti atap, kusen dan memlester lantainya
Itulah beberapa kegiatan yang saya
lakukan pada saat berdinas di SMPN 3 Pasrepan, dengan harapan ada perubahan
yang nyata pada lingkungan tersebut dengan cara menyekolahkan anak ke jenjang
SMA, dengan harapan mereka kelak bisa menjadi contoh di lingkungannnya,
setidaknya mereka bisa terhindar dari pernikahan dini, putus sekolah dan
menjauhkan mereka pengaruh negative dari lingkungannya. Dengan berhasilnya
mereka kelak , insyaAllah akan memotivasi yang lain untuk mau bersekolah dan
alhasil akan ada perubahan yg signifikan pada daerah tersebut.
Tidak hanya itu, selain kami melakukan kegiatan social di daerah Pasrepan, saya
bersama club motor CB Arjuno juga melakukan kegiatan social juga di beberapa
daerah di jawa timur berikut ini beberapa kegiatan yg sdh kami lakukan:
- Donor darah
di salah satu klenteng di Probolinggo
- Donor darah
dengan beberapa komunitas motor di Surabaya
- Donor darah dengan komunitas motor se-Pasuruan
dan Sidoarjo bertempat di daerah Bangil
- Baksos bencana Gunung
Kelud
- Baksos tabur
benih ikan nila di bendungan sutami karangkates malang
- Berbagi makan
sahur di alun-alun pasuruan, Kediri dan
Surabaya
- Menyantuni anak
yatim di panti asuhan
- Peduli anak
yatim di sepuluh sekolah di daerah Jawa Timur dan Jawa Tengah
- Dan masih banyak
kegiatan lainnya.
- sebagai bukti kami lampirkan beberapa foto kegiatan kami.
Kegiatan-kegiatan ini sebagai
tanggung jawab moral saya sebagai seorang guru, bukan hanya mendidik
siswa-siswinya di sekolah tetapi juga mendidik lingkungan sekitar agar lebih baik.
Dan melalui kegiatan di club motor yang saya bina inilah saya jadikan wahana untuk mendidik dan mengabdikan diri
pada masyarakat
Semoga dengan tulisan saya ini makin banyak guru yang lebih peduli pada murid
dan lingkungannya. Tidak hanya memikirkan berapa besar gaji dan tunjangan
sertifikasi yg diterima, tetapi berapa
besar pengorbanan mereka pada murid dan lingkungannya.
Tidak hanya itu, temen2 biker jg harus mau
peduli kepada kondisi lingkungan sekitar. Shingga hobby tidak sekedar hobby yg
hanya menyenangkan diri sendiri, tetapi jg bisa berbagi kebahagiaan kepada
orang lain..